Sebentar Lagi Liburan Sekolah, Dampak Larangan Study Tour, Omzet Pedagang Turun
Subang : Sejumlah pedagang di beberapa objek wisata di Kabupaten Subang, keluhkan turunnya omzet penjualan, akibat adanya larangan study tour dan dampak dari efesiensi anggaran pemerintah. Para pedagang mengaku kehilangan omzetnya antara 30 hingga 50 persen.
Menurut salah seorang pedagang souvenir di objek wisata kolam rendam air panas Sari Ater Subang, Abah Agus, penurunan omzet hasil penjualan souvenir tersebut dirasakan sejak diberlakukannya larangan study tour anak sekolah oleh pemerintah provinsi Jawa Barat pada tahun 2024 lalu. Di tambah awal tahun 2025, pemerintah pusat hingga daerah, memberlakukan efesiensi anggaran.
"Ya, sejak diberlakukannya larangan study tour anak sekolah saja pak, kunjungan wisatawan mulai dirasakan sepi. Di tambah adanya efesiensi anggaran, ya sudah tambah merosot saja penghasilan kami," ungkap Abah Agus di Subang, Selasa (16/12/2025).
Ia menyebut, penurunan omzet mencapai 30 hingga 50 persen, dampak larangan study tour dan efesiensi anggaran pemerintah tersebut. Sehingga para pedagang yang ada di sejumlah objek wisata pun harus mengencangkan ikat pinggang, terutama untuk biaya hidup sehari-hari, dan biaya anak sekolah.
"Dampak kebijakan pemerintah itu juga, tidak sedikit pedagang yang gulung tikar, karena banyak pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Istilahnya bagi kami itu, di saat sekarang ini, besar pasak dari pada tiang, pendapatan kecil pengeluaran besar," terangnya.
Dia juga meminta Gubernur Jawa Barat, untuk mencabut larangan study tour anak sekolah tersebut. Agar para pedagang kembali merasakan penghasilan yang dulu pernah dirasakan para pedagang, ketika banyak anak sekolah yang study tour ke sini.
"Kami pasti menyambut dengan suka cita, jika larangan study tour tersebut, dicabut oleh Pak KDM. Sekali lagi kami mohon, agar Pak KDM untuk segera mencabut larangan study tour tersebut. Terlebih, harapan kami di libur Natal dan Tahun Baru serta libur anak sekolah tengah semester akhir tahun ini," tandas Abah Agus.
Harapan serupa disampaikan oleh pelaku wisata kuliner yaitu pedagang ayam geprek di lokasi objek wisata D'Castello Ciater Yasa Safari menyebut, dampak dari larangan study tour anak sekolah, menyebabkan ekonomi masyarakat pedagang menjadi merosot. Ditambah dengan diberlakukannya efesiensi anggaran oleh pemerintah, yang menambah semakin sulitnya perekonomian saat ini.
"Saya mohon Pak Gubernur Jawa Barat Pak KDM, agar mencabut larangan study tour tersebut. Sekali lagi kami mohon pak, sebagai masyarakat kecil, kami butuh kebijakan dari bapak selaku Gubernur Jawa Barat, agar rakyat bapak ikut sejahtera," ujar Yasa.
Di tengah himpitan larangan study tour, dan efesiensi anggaran, para pedagangan mengalami penurunan omzet hingga 60 persen. Jika larangan study tour itu dicabut, minimal penurunan omzet tersebut, bisa mengurangi beban oara pedagang yang ada di sejumlah objek wisata.
"Karena kami menggantungkan hidup dari jualan di objek wisata ini, ya sangat berharap, bapak mau mengkaji ulang larangan study tour tersebut, yang sangat berdampak signifikan terhadap penghasilan para pedagang di area objek wisata seperti di D'Castello ini, termasuk di sejumlah objek wisata lainnya di Kabupaten Subang, maupun di Jawa Barat pada umumnya," pungkasnya.(*)
