Cimahi: Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) resmi mengukuhkan tiga profesor baru dalam upacara akademik yang digelar di Auditorium Kampus pada Kamis (11/12/2025). Pengukuhan ini menjadi tonggak penting bagi institusi dalam memperkuat peran sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan riset inovatif.
Rektor Unjani, Prof. Dr. Agus Subagyo, menegaskan bahwa penambahan guru besar merupakan bagian dari komitmen kampus untuk menghadirkan lebih banyak cendekiawan yang kompeten dan produktif.
“Alhamdulillah, hari ini kita kukuhkan tiga guru besar baru. Ke depan, kami akan terus upayakan peningkatan jumlah profesor, apalagi banyak dosen yang sudah berada pada jenjang lektor kepala dan siap naik jabatan,” ujarnya.
Ketiga akademisi yang dikukuhkan sebagai guru besar yaitu:
Prof. Dr. Ir. Damawidjaya Biksono, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng.,
Prof. Dr. Euis Reni Yuslianti, drg., M.Kes,
Prof. Dr. Suhartono, S.T., M.Si.
Dengan pengukuhan ini, Unjani kini memiliki total 18 guru besar. Prof. Agus berharap jumlah tersebut dapat terus meningkat dalam empat tahun mendatang. “Kami ingin tidak hanya melahirkan cendekiawan berkualitas, tetapi juga alumni berkarakter kuat yang mampu bersaing di tingkat nasional,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketiga profesor baru itu memaparkan fokus inovasi yang akan mereka dorong untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Prof. Damawidjaya menyoroti isu lingkungan sebagai salah satu prioritas riset. Ia menyebutkan tengah mengembangkan Laboratorium Sampah sebagai sarana praktik mahasiswa serta ruang inovasi terkait pengelolaan sampah.
“Isu lingkungan, terutama sampah, kini menjadi persoalan utama. Melalui laboratorium ini, mahasiswa bisa melakukan berbagai praktik dan inovasi yang melibatkan masyarakat,” kata Damawidjaya
Sementara itu, Prof. Euis Reni Yuslianti menjelaskan bahwa banyak sampah organik sebenarnya dapat diolah menjadi bahan obat alami yang bermanfaat. Ia menegaskan perlunya standardisasi farmasetikal bahan alam agar pemanfaatannya tidak hanya mengandalkan pengalaman empiris.
“Riset saya ke depan fokus pada standardisasi dan uji preklinis sehingga masyarakat semakin sadar bahwa bahan alam di sekitar rumah dapat digunakan untuk pengobatan, termasuk kesehatan mulut,” jelasnya.
Prof. Suhartono memberikan perspektif mengenai potensi sampah sebagai sumber energi terbarukan. Namun, ia mengakui masih ada tantangan karena masyarakat cenderung bergantung pada energi yang mudah diperoleh seperti LPG.
“Ini menjadi kendala karena inovasi tidak bisa berjalan tanpa dukungan semua pihak, terutama pemerintah daerah. Sampah biomassa maupun sampah plastik sebenarnya bisa diolah menjadi energi terbarukan, unitnya pun sudah tersedia,” ucap Suhartono.
Dengan pengukuhan tiga guru besar ini, Unjani menegaskan komitmennya memperkuat kapasitas akademik, riset, dan inovasi yang berdampak luas bagi masyarakat.(*)

