Sri Lanka Diterjang Topan Ditwah, Kerugian Capai Rp68,8 Triliun
Kolombo: Topan Ditwah yang melanda Sri Lanka bulan lalu menyebabkan kerugian besar. Menurut laporan dari Bank Dunia, estimasi kerugian fisik langsung mencapai US$4,1 miliar (Rp68,8 triliun), dilansir dari CNA, Selasa (23/12/2025).
Kerugian ini mencakup bangunan, pertanian, dan infrastruktur penting. Badai tersebut menyebabkan lebih dari 640 orang meninggal dan mempengaruhi lebih dari 10 persen populasi negara.
Sementara itu, banjir dan tanah longsor meninggalkan kehancuran luas di berbagai wilayah. Kerugian akibat topan ini setara dengan sekitar 4 persen dari produk domestik bruto (PDB) Sri Lanka.
Infrastruktur menjadi sektor yang paling terdampak. Kerusakan pada jalan, jembatan, jalur kereta api, dan jaringan pasokan air diperkirakan mencapai US$1,735 miliar (Rp29,1 triliun).
Sektor perumahan juga mengalami kerusakan signifikan, dengan nilai kerugian sekitar US$985 juta (Rp16,5 triliun) atau hampir seperempat dari total kerugian. Bangunan lain seperti sekolah, fasilitas kesehatan, bisnis, dan situs industri besar di sepanjang sungai juga terdampak parah.
Kerugian bangunan-bangunan yang terdampak tersebut mencapai US$562 juta (Rp9,4 triliun). Bank Dunia menekankan, penilaian ini hanya mencakup kerusakan fisik langsung dan belum memperhitungkan kerugian ekonomi, biaya penuh pemulihan, dan rekonstruksi.
Topan ini terjadi saat Sri Lanka sedang berusaha keluar dari krisis ekonomi terparah dalam beberapa dekade. Bank Dunia memperingatkan bahwa skala kerusakan akibat Topan Ditwah bisa menimbulkan tantangan baru bagi pemulihan rapuh Sri Lanka.
Bank Dunia juga menekankan bahwa negara ini sangat rentan terhadap kejadian cuaca ekstrem. Kerentanan tersebut terkait dengan perubahan iklim yang terus berlangsung.(*)

