Bangkok: Bentrokan antara Thailand dan Kamboja meluas, Selasa (9/12/2025), ke wilayah baru di perbatasan yang disengketakan. Korban jiwa akibat bentrokan tersebut meningkat menjadi 10 orang, dilansir dari China Daily, Rabu (10/12/2025).
Lebih dari 140.000 warga sipil telah mengungsi dari daerah terdampak akibat kekerasan yang kembali pecah antara kedua negara. Kedua negara saling menyalahkan atas bentrokan ini, yang terkait dengan sengketa perbatasan yang sudah berlangsung selama satu abad.
Thailand melancarkan serangan udara dan menggunakan tank terhadap Kamboja, Senin (8/12/2025). Presiden Senat Kamboja, Hun Sen, menyatakan negaranya telah membalas serangan Thailand, setelah Phnom Penh menolak menembak balik selama dua hari
Puluhan ribu orang telah dievakuasi sejak bentrokan dimulai, Minggu (7/12/2025). Kamboja menuduh pasukan Thailand menembaki posisi mereka semalam, menewaskan dua orang yang sedang bepergian di jalan nasional.
Total tujuh warga sipil Kamboja telah tewas minggu ini, sementara sekitar 20 lainnya luka-luka. Lebih dari 21.000 orang telah mengungsi dari tiga provinsi perbatasan.
Tentara Thailand melanjutkan serangan, Selasa (8/12/2025) pagi, sekitar pukul 05.00 di wilayah perbatasan. Serangan itu juga mencakup area candi-candi bersejarah, termasuk Candi Preah Vihear yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sejak Senin (7/12/2025), tiga prajurit Thailand gugur akibat tembakan tidak langsung di Provinsi Surin dan granat di sekitar Candi Preah Vihear. Hampir 500 tempat penampungan sementara telah didirikan di beberapa provinsi perbatasan, menampung lebih dari 125.000 warga sipil pengungsi.
Thailand menuduh Kamboja meningkatkan ketegangan dengan mengerahkan drone untuk memprovokasi pasukan mereka. Sebagai respons, pasukan Thailand melancarkan operasi militer untuk mengusir pasukan Kamboja dari wilayah yang disengketakan.(*)

