Kelompok Muslim Terbesar AS Tuntut Ron DeSantis; Sebut Keputusan Picu Islamofobia dan Politik 'Israel First'.
![]() |
| Hiba Rahim, direktur eksekutif sementara CAIR-Florida, berbicara selama konferensi pers di Tampa pada 9 Desember 2025 [Foto: Reuters/Octavio Jones] |
AS:Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) sedang dalam proses mengajukan gugatan terhadap Gubernur Florida Ron DeSantis setelah ia mengeluarkan perintah eksekutif yang menetapkan kelompok tersebut sebagai organisasi "teroris asing".
Meskipun CAIR adalah kelompok domestik dengan lusinan cabang dan ratusan staf warga negara AS, DeSantis pada Selasa 9 Desember 2025, meminta lembaga-lembaga negara bagian untuk mengambil tindakan terhadap siapa pun yang memberikan
"dukungan material" kepada kelompok hak-hak sipil tersebut. Namun, para kritikus menunjukkan bahwa penunjukan tersebut sebagian besar bersifat simbolis, sebab penetapan resmi sebagai kelompok teroris hanya dapat dilakukan di tingkat federal.
Hiba Rahim, direktur eksekutif sementara CAIR cabang negara bagian, mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Selasa bahwa keputusan DeSantis tidak akan memengaruhi pekerjaan kelompok itu, tetapi berpotensi memicu Islamofobia dan kefanatikan di Florida dan di seluruh Amerika Serikat.
"Kami akan terus melakukan pekerjaan yang kami lakukan setiap hari untuk membela kebebasan sipil dan melindungi Muslim Amerika, serta untuk melindungi masyarakat luas dan menjunjung tinggi Konstitusi," ujar Rahim kepada Al Jazeera.
Perdebatan 'Israel First' dan Tuntutan Hukum
DeSantis, yang sebelumnya melancarkan upaya pencalonan presiden yang tidak berhasil, telah menjadi target bagi para advokat pro-Israel sayap kanan. Perintah eksekutifnya pada hari Senin juga menyinggung Hamas dan menyebut kelompok Muslim Brotherhood sebagai kelompok "teroris".
Rahim mengkritik DeSantis karena mengejar kebijakan yang ia sebut sebagai 'Israel First', alih-alih melindungi warga negaranya sendiri. Ia mencontohkan keputusan gubernur yang mengadakan rapat kabinet resmi pertamanya di Israel pada tahun 2019 dan keengganannya menyuarakan nasib konstituen Palestina-Amerikanya.
“Jenis prioritas apa yang dia tunjukkan kepada warga Florida ketika dia mengangkat kebijakan 'Israel First' dan mengabaikan kebutuhan rakyat Florida?” kata Rahim kepada Al Jazeera.
Rahim juga menegaskan bahwa CAIR bangga menjadi 'America First' dan mempertanyakan loyalitas DeSantis.
Menanggapi gugatan yang diumumkan, Gubernur DeSantis menyatakan bahwa ia "menyambut baik" tuntutan hukum tersebut. Ia berargumen bahwa tantangan hukum akan memberi negara bagian "hak penemuan [bukti] untuk dapat memanggil [subpoena]" catatan bank kelompok tersebut.
Namun, kritikus berpendapat bahwa jika CAIR benar-benar dicurigai melakukan aktivitas kriminal, pejabat negara bagian seharusnya dapat mencari surat perintah penggeledahan tanpa harus menunggu gugatan.
Rahim terlihat tidak gentar dengan prospek catatan kelompoknya dipublikasikan. "Kami menyambutnya juga, dan kami akan bertemu dengannya di ruang sidang," katanya kepada wartawan.
Peningkatan Islamofobia di Tengah Isu Palestina
Penargetan CAIR ini terjadi di tengah lonjakan Islamofobia di seluruh negeri. Aktivis dan pengamat menilai ada upaya terkoordinasi oleh kelompok sayap kanan dan pro-Israel untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu di Gaza dengan menggambarkan Muslim sebagai ancaman.
Ahmed Bedier, seorang aktivis Muslim Amerika dan pembawa acara radio di wilayah Tampa Bay, Florida, menyatakan bahwa penargetan CAIR adalah "aksi politik yang menyamar sebagai kebijakan keamanan."
"Ini jelas terasa seperti ada kampanye terkoordinasi untuk meyakinkan orang Amerika bahwa entah bagaimana Muslim adalah musuh yang sebenarnya bahwa ada ketakutan Muslim ini: 'Muslim mengambil alih. Syariah menaklukkan,'" kata Bedier kepada Al Jazeera.
Sejauh ini, pemerintah federal AS belum memberikan komentar resmi mengenai langkah DeSantis terhadap CAIR. Namun, Rahim menyerukan agar Presiden AS mengambil sikap mendukung CAIR melawan DeSantis.
"Setiap orang dan setiap politisi memiliki kesempatan dan peluang untuk membuat keputusan yang tepat," katanya kepada Al Jazeera.(*)

