Jakarta: Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali ke zona hijau sepanjang sesi pertama perdagangan Rabu (12/11/2025). Sehari sebelumnya, perdagangan lesu dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun ke level 8.366,51.(13/11/25).
Kali ini IHSG terpantau naik 0,50 persen ke level 8.408,50 dan bertahan sampai menjelang jeda sesi perdagangan pertama. Analis pasar modal dari Mirae Asset Sekuritas, Tasrul Tanar, mengatakan IHSG berpeluang menuju area 8.450–8.500.
"Selama IHSG mampu bertahan di atas critical level 8,266, tren naik masih valid," ujarnya. Namun, lanjut Tasrul, masih ada risiko terkoreksi secara teknikal ke area 8.300–8.320 sebelum penguatan lanjutan.
Tim Analis Mirae Asset Sekuritas menyebutkan secara global pasar masih menunggu kepastian berakhirnya "shutdown" Pemerintah Amerika Serikat (AS). Hal ini telah berlangsung selama lebih dari 40 hari, terlama sepanjang sejarah negeri Paman Sam.
Dari dalam negeri, sejumlah data ekonomi menunjukkan sentimen positif. Tingkat pertumbuhan penjualan ritel yang menguat pada September 2025 mengindikasikan terjaganya daya beli masyarakat.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada September 2025 tumbuh 3,7 persen secara tahunan. Ini berarti lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,5 persen.
Menurut Tim Analis Mirae, perkembangan itu menunjukkan ekspansi lima bulan berturut-turut serta momentum berkelanjutan dalam konsumsi rumah tangga. "Ini mencerminkan dampak berbagai kebijakan pemerintah dalam menjaga daya beli," kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto.
Perkembangan tersebut sejalan dengan naiknya kepercayaan konsumen sebagaimana terlihat dari peningkatan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK). Namun, sebagian besar pertumbuhan didorong oleh komoditas yang bersifat volatil sehingga permintaan domestik yang mendasari masih tergolong moderat.
BI memperkirakan ekspansi ritel berlanjut pada Oktober 2025, didukung faktor musiman seperti libur akhir tahun dan stimulus pemerintah. "Diproyeksikan tren ini bertahan hingga Desember 2025 sebelum kembali normal pada awal 2026 seiring meredanya faktor musiman," ujarnya.(*)

