Jakarta: Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia diperkirakan masih akan menguat dalam perdagangan akhir pekan ini. Pada penutupan perdagangan hari Kamis kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup naik 0,22 persen ke level 8.337.
"Di tengah ketidakpastian yang masih tinggi, kami melihat potensi penguatan IHSG masih terbuka," Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, Jumat (7/11/2025). Untuk itu, Mirae Asset Sekuritas sudah mengubah target IHSG tahun ini dari sebelumnya 6.900 menjadi 8.700.
"Revisi target ini melihat optimisme pasar akan harapan perbaikan ekonomi ke depan," ucap Rully. Menurutnya, optimisme ekonomi dan hasil evaluasi MSCI mendorong IHSG kembali ditutup pada rekor tertinggi pada Kamis kemarin.
"IHSG kembali ditutup pada rekor tertinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III yang masih cukup baik. Serta hasil tinjauan berkala dari konstituen MSCI, dimana saham BREN dan BRMS masuk dalam MSCI sesuai ekspektasi," ujar Rully.
Perkembangan tersebut, lanjutnya, diharapkan mendorong peningkatan arus modal asing masuk ke pasar saham, khususnya ke dua saham tersebut. Kamis kemarin terjadi net inflow asing di BREN sebesar Rp227miliar, namun terjadi outflow di saham BRMS sebesar Rp201 miliar.
Investor asing untuk pertama kalinya mencatatkan aliran keluar modal (net outflow), setelah enam hari berturut-turut mencatatkan inflow. Beberapa saham unggulan yang masih dibeli oleh asing antara lain ASII (Rp145 miliar) dan BBRI (Rp139 miliar).
Sementara itu BNI Sekuritas melihat IHSG berpotensi 'sideways' hari ini. " IHSG akan bergerak di rentang 8.270-8.320 untuk level support, dan level resistansi di rentang 8.380-8.400," kata Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman.
Dalam laporannya, BNI Sekuritas mencatat bursa saham Amerika Serikat turun pada penutupan perdagangan Kamis kemarin. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,84 persen, S&P 500 melemah 1,12 persen dan Nasdaq Composite berkurang 1,9 persen.
"Pelemahan dipicu oleh saham-saham teknologi yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI). Saham-saham itu kembali tertekan akibat kekhawatiran terhadap valuasi yang dinilai terlalu tinggi," ujar Fanny.
Sementara itu, bursa saham Asia menguat. Indeks saham di Jepang dan Australia kompak rebound setelah tertekan pada sesi sebelumnya.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 1,34 persen, didorong oleh penguatan saham-saham teknologi. Kenaikan juga ditopang oleh rally di pasar saham karena laporan keuangan positif dan data ekonomi yang solid.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,3 persen, rebound setelah dua sesi berturut-turut terkoreksi. Rebound terjadi di tengah ekspektasi bahwa Bank Sentral Australia (RBA) akan mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat.(*)

