Rupiah Diprediksi Melemah, Pasar Waspadai Sentimen Global dan Geopolitik
Karawang : Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah ke Rp16.510–Rp16.570 per dolar AS, dipengaruhi pertemuan dagang AS-China dan ketegangan India-Pakistan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah dalam kisaran Rp16.510 hingga Rp16.570 per dolar AS pada awal pekan depan, Senin (12/5/2025).
Tren ini mengikuti penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (10/5/2025), di mana rupiah ditutup melemah 0,11% atau turun 18 poin ke level Rp16.520 per dolar AS, menurut data Bloomberg.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah menurunnya indeks dolar AS sebesar 0,24% ke posisi 100,39, serta pergerakan bervariasi sejumlah mata uang Asia. Yen Jepang tercatat menguat 0,50%, sementara dolar Hong Kong dan yuan China justru mengalami pelemahan. Di sisi lain, mata uang seperti dolar Singapura, dolar Taiwan, won Korea Selatan, dan rupee India menunjukkan penguatan moderat.
Beberapa sentimen eksternal turut menekan rupiah. Salah satunya adalah pertemuan penting antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng di Swiss. Pertemuan tersebut membahas upaya penyelesaian sengketa dagang yang berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump juga menandatangani kerangka kerja perdagangan dengan Inggris. Meski kesepakatan ini menandai kemajuan diplomatik, tarif 10% terhadap barang impor dari Inggris tetap diberlakukan. Inggris, sebagai kompensasi, sepakat menurunkan tarif impor dari 5,1% menjadi 1,8%.
Dari dalam negeri, sentimen sedikit positif datang dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) bulan April 2025. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat naik ke 121,7 dari sebelumnya 121,1, menandakan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) justru sedikit menurun ke 129,8 dari 131,7 pada bulan sebelumnya.
Bank Indonesia pun tak tinggal diam dalam menghadapi potensi tekanan terhadap rupiah. Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan menjadi salah satu faktor yang mendapat perhatian serius. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, pada Taklimat Media Rabu (7/5/2025).
Mengungkapkan bahwa situasi ini masih membayangi pasar keuangan global dan dapat memberikan tekanan tambahan terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.
Dengan sejumlah faktor global dan regional tersebut, pelaku pasar dan investor disarankan tetap mencermati arah kebijakan global dan respons domestik terhadap perkembangan ekonomi dan geopolitik yang dinamis (*).