Bentrokan Bersenjata di Tripoli, Kemlu: WNI dalam Kondisi Aman
Tripoli : Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan bahwa seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Tripoli, ibu kota Libya, dalam kondisi selamat dan tidak terdampak langsung oleh bentrokan bersenjata yang pecah baru-baru ini.
Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menyatakan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tripoli terus memantau secara intens perkembangan situasi pascabentrokan yang terjadi pada 12 Mei lalu.
“Seluruh WNI dalam keadaan aman dan tidak ada yang menjadi korban. Saat ini, kondisi mereka tenang,” ujar Judha.
Kemlu melalui KBRI telah berkoordinasi dengan para WNI yang bermukim di Tripoli. Mereka diminta untuk tetap waspada, mengikuti perkembangan keamanan dari otoritas lokal, serta menjaga komunikasi aktif dengan KBRI.
Berdasarkan data Kemlu, terdapat sekitar 535 WNI di Libya, dengan 302 di antaranya tinggal di Tripoli. Mayoritas dari mereka merupakan pekerja migran, baik profesional maupun di sektor domestik. Selain itu, ada juga mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga lokal.
Kemudian Judha menambahkan, apabila terjadi situasi darurat, WNI dapat segera menghubungi KBRI Tripoli melalui nomor hotline +218-94-481-5608. Ia juga mengimbau agar warga Indonesia yang berencana bepergian ke Libya menunda perjalanannya hingga kondisi keamanan membaik.
Sebelumnya, bentrokan bersenjata terjadi di wilayah selatan Tripoli dan menewaskan sedikitnya enam orang. Salah satu korban yang tewas adalah Kepala Keamanan Dewan Kepresidenan Libya, Abdel Ghani Al-Kikli. Pemerintah Libya melalui otoritas pertahanan menyebutkan bahwa operasi militer di Tripoli telah selesai per Selasa, 13 Mei 2025.
Situasi di Libya masih tergolong tidak stabil sejak tergulingnya pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011. Saat ini, negara tersebut terbagi dalam dua pemerintahan yang saling bersaing: Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang berbasis di Tripoli dan Pemerintahan Stabilitas Nasional (GNS) yang berpusat di Tobruk serta didukung oleh Marsekal Khalifa Haftar.(*)