![]() |
| Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen (kiri) dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa (kanan) Pada konferensi pers, Kamis 23/20 (Foto : AFP) |
Keputusan ini membuka pintu lebar bagi rencana ambisius pinjaman besar menggunakan aset bank sentral Rusia yang dibekukan, meskipun keputusan krusial diperkirakan baru akan diambil pada Desember mendatang.
Kesimpulan yang diambil pada perundingan di Brussels secara garis besar menyiratkan dukungan, namun sengaja diperlunak. Hal ini dilakukan untuk menghadapi keberatan keras dari Belgia, negara yang menampung sebagian besar dana beku Rusia.
Pinjaman “reparasi” senilai €140 miliar (sekitar Rp2.400 triliun) yang diusulkan Komisi Eropa bertujuan untuk mengamankan kebutuhan finansial Kyiv tanpa menyita aset secara langsung. UE membekukan sekitar €200 miliar (sekitar Rp3.400 triliun) aset bank sentral Rusia setelah invasi skala penuh pada tahun 2022.
Jaminan Finansial vs. Risiko Hukum
Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, menegaskan komitmen blok tersebut. "Kami telah berkomitmen untuk memastikan bahwa kebutuhan finansial Ukraina akan tertutup selama dua tahun ke depan," kata Costa dalam konferensi pers. Ia menambahkan: "Rusia harus mencatat ini baik-baik: Ukraina akan memiliki sumber daya finansial yang dibutuhkan untuk membela diri."
Di sisi Costa, Kepala Komisi Ursula von der Leyen mengakui bahwa jalan ke depan masih terjal. "Kami sepakat pada 'Apa' yaitu, pinjaman reparasi dan kami harus bekerja pada 'Bagaimana,' bagaimana kami memungkinkannya," jelasnya.
Namun, kendala terbesar datang dari Belgia, di mana mayoritas dana beku Rusia disimpan di organisasi deposito internasional, Euroclear.
Belgia menjadi negara yang paling vokal mengkhawatirkan rencana tersebut akan membuka negara itu pada tuntutan hukum yang mahal dari Moskow.
Perdana Menteri Belgia, Bart De Wever, kembali menuntut jaminan risiko bersama dari semua negara UE jika Rusia menggugat. Ia bahkan mengancam akan memblokir rencana tersebut jika negara-negara lain tidak ikut menggunakan aset beku Rusia di wilayah mereka.
“Saya hanyalah Belgia kecil yang malang, satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah menunjukkan di mana masalahnya dan dengan lembut meminta solusi untuk masalah mendasar tersebut,” kata De Wever kepada wartawan pasca-pertemuan.
Dukungan Politik dan Sanksi Baru
Meskipun mendapat penolakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang hadir di Brussels, menyambut hasil KTT sebagai sinyal “dukungan politik” yang kuat untuk penggunaan aset Rusia.
Sementara itu, kesimpulan KTT yang diadopsi oleh semua negara anggota kecuali Hongaria tidak secara langsung menyebut pinjaman tersebut, melainkan hanya mengundang Komisi untuk "menyajikan, sesegera mungkin, opsi untuk dukungan finansial."
Seorang diplomat Eropa menggambarkan kompromi ini sebagai "sukses besar," sementara diplomat lain mengatakan rumusan tersebut "tidak menutup tetapi tidak terburu-buru" menangani masalah sensitif penggunaan aset Rusia untuk Ukraina. Kutip Reuters di Brussels
Latar belakang perundingan ini juga diwarnai dengan paket sanksi ke-19 UE terhadap Rusia. Paket ini memajukan larangan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia setahun lebih awal menjadi awal 2027 dan memasukkan lebih dari 100 kapal tanker ekstra dari "armada bayangan" Rusia ke dalam daftar hitam. Secara terpisah, Amerika Serikat juga baru saja menjatuhkan sanksi pada dua perusahaan minyak utama Rusia, Rosneft dan Lukoil.(*)

