Berita Terbaru
Mode Gelap
Artikel teks besar

Terdampak Perang Tarif Diberlakukan Amerika Serikat, Perajin Tahu Tempe Menjerit Harga Kedelai Naik

 Perajin tahu dan tempe di Kota Bandung mengaku, mulai merasakan langsung pasca perang tarif yang diberlakukan Amerika Serikat.

Perajin Tahu Tempe Menjerit Harga Kedelai Naik

Selain masih bergantung impor dari Amerika, harga kedelai yang menjadi bahan baku perajin tahu dan tempe itu kini naik menjadi Rp 9.800 dari Rp 7.000.

"Membuat kami semakin berat dengan situasi saat ini. Alternatifnya, kami terpaksa menurunkan ukuran supaya tidak menaikan harga," ujar perajin tahu Cibuntu, Zamaludin, Kamis(17/4/2025).

Tingginya harga kedelai saat ini, dituturkan ia membuat produsen tahu dan tempe harus memutar otak. Salah satunya dengan memperkecil ukuran.

"Kalau kami menaikkan harga, pembeli biasanya malah merasa keberatan. Sementara mengecilkan ukuran agar harga tetap sama meski pun masih rugi dari sisi pendapatan," katanya.

Zamaludin mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan harga akan meningkat jika harga kedelai terus naik.

Di sisi lain, paguyuban perajin tahu saat ini akan melakukan koordinasi terhadap harga kedelai. Pihaknya berharap ada campur tangan pemerintah.

"Kalau enggak subsidi ya stabilkan harganya saja. Biar kami bisa tenang produksi, karena sekarang naiknya tiap hari dan kami enggak tahu sampai kapan," ucapnya.

Sementara itu penjual tahu di Pasar Kosambi Endang mengatakan, harga jual untuk satu bungkus plastik berisi sepuluh tahu kini menjadi Rp20.000, sementara harga normal di harga Rp18.000.

Ia pun mengaku, tahu yang kini dijual dalam kondisi ukuran yang diperkecil di mana para pengrajin memperkecil ukuran lantaran harga bahan baku kedelai melonjak.

"Pembeli sangat menurun, omset juga sama hampir 30 sampai 40 persen menurun," tandasnya.(*)
Tutup Iklan