Scroll untuk melanjutkan membaca

Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025

 Bogor : Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menggelar Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana di Lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Rabu, 5 November 2025 hari ini. Dimana, acara tersebut dipimpin langsung oleh Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo.


Foto: Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memimpi Apel Kesiapa Tanggap Darurat Bencana di Lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depo

Pada kesempatan tersebut, Kapolri Sigit mengatakan jika Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sebanyak 2.606 kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak awal tahun hingga 19 Oktober 2025.

Foto: Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memimpi Apel Kesiapa Tanggap Darurat Bencana di Lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok

Tak hanya itu, ia juga menekankan bahwa tingginya frekuensi bencana menjadi pengingat pentingnya kesiapan seluruh elemen bangsa, baik aparat TNI-Polri, pemerintah pusat dan daerah, BNPB, Basarnas, PMI, BMKG, hingga masyarakat.

"Setiap bencana tidak hanya menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa, tetapi juga trauma psikologis yang memengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Karena itu, kecepatan dan ketepatan respon menjadi kunci utama dalam penanganannya," ujarnya

Foto: Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memimpi Apel Kesiapa Tanggap Darurat Bencana di Lapangan Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok

Berdasarkan data BNPB, terus Kapolri dari 2.606 bencana tersebut, jenis bencana yang paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 1.289 kejadian.

“Cuaca ekstrem, sebanyak 544 kejadian. Lalu, Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 511 kejadian, Tanah longsor sebanyak 189 kejadian, Gempa bumi sebanyak 22 kejadian, dan Erupsi gunung berapi ada sebanyak 4 kejadian,” bebernya

Bencana-bencana tersebut telah mengakibatkan 361 orang meninggal dunia, 37 hilang, 615 luka-luka, serta 5,2 juta orang mengungsi. Selain itu, tercatat 31.496 rumah dan 887 fasilitas umum serta perkantoran rusak.

Kapolri menegaskan bahwa wilayah Indonesia yang paling rawan bencana meliputi Aceh, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Wilayah-wilayah ini menghadapi risiko banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan gelombang tinggi, khususnya menjelang puncak musim hujan yang diprediksi terjadi antara November 2025 hingga Januari 2026.

Lebih lanjut, BMKG memprediksi fenomena La Nina mulai November 2025 hingga Februari 2026. Meskipun diperkirakan lemah, fenomena ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah selatan Indonesia, termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua, sehingga meningkatkan kerawanan bencana hidrometeorologi.

Kapolri menekankan pentingnya sinergi dan koordinasi lintas sektor, mulai dari deteksi dini, pemetaan wilayah rawan bencana, kesiapan personel dan sarana-prasarana, hingga simulasi dan edukasi tanggap darurat.

"Melalui kerjasama yang terintegrasi, kita dapat meminimalkan dampak bencana dan melindungi keselamatan masyarakat," tegasnya.

Dengan data 2.606 bencana hingga pertengahan Oktober ini, Polri dan BNPB menegaskan kembali komitmen mereka untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi risiko, dan kecepatan respon terhadap setiap potensi bencana di seluruh Indonesia.(*)
Also Read

Berita YouTube

Latest News
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
  • Kapolri Ungkap BNPB Catat Ada 2.606 Bencana Alam Hingga Pertengahan Oktober 2025
Tutup Iklan