Breaking News :
Menyusuri Proses Sakral Pencetakan Rupiah di Peruri

Menyusuri Proses Sakral Pencetakan Rupiah di Peruri

 Karawang : Rupiah bukan sekadar alat tukar. Ia adalah simbol kepercayaan, stabilitas ekonomi, dan kedaulatan negara. Namun, tak banyak yang mengetahui proses panjang dan ketat di balik setiap lembar uang yang berpindah tangan setiap harinya.(30/6/26).

Foto ilustrasi

Di kawasan yang dijaga ketat di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tanggung jawab mencetak uang negara dipercayakan kepada satu lembaga yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

Pada akhir Juni 2025, rombongan dari Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama sejumlah wartawan ekonomi mendapatkan kesempatan langka untuk melihat langsung proses pencetakan uang rupiah di kompleks Peruri. Kunjungan ini bukan hanya membuka mata, tapi juga menumbuhkan rasa hormat atas kompleksitas dan tanggung jawab besar di balik lembaran rupiah.

Setibanya di lokasi, rombongan disambut oleh Kepala Departemen Perencanaan dan Produksi Kontrol Peruri, Uswatun Hasanah, di aula utama. Ia menjelaskan bahwa Peruri menjalankan mandat dari Bank Indonesia untuk mencetak uang rupiah, serta mencetak dokumen penting lainnya seperti pita cukai dan dokumen pertanahan.

"Peruri siap berkolaborasi demi kemajuan bangsa dan negara," tegas Uswatun.

Setiap tamu diberikan kartu akses khusus sebagai identitas pengunjung. Area produksi memiliki pengamanan tingkat tinggi, pengunjung dilarang membawa ponsel atau kamera. Setiap gerakan di dalam area dipantau ketat demi menjaga kerahasiaan dan keamanan proses.

Sebelum menyaksikan mesin-mesin pencetak uang, rombongan terlebih dulu diajak mengunjungi ruang pamer Peruri yang menyerupai museum mini. Di ruang ini dipajang berbagai jenis uang kertas Indonesia dari masa ke masa, termasuk lembar koleksi eksklusif berisi beberapa desain uang dalam satu lembar yang belum dipotong, lengkap dengan sertifikat keaslian.

Terdapat juga alat pemahat pelat cetak kuno dan miniatur tiga dimensi kawasan Peruri, memberikan gambaran skala dan kompleksitas fasilitas tersebut.

Dari museum, rombongan melanjutkan ke lorong observasi utama di lantai dua. Dari balik jendela kaca besar yang kedap suara, pengunjung dapat menyaksikan langsung tahapan pencetakan uang tanpa memasuki ruang steril produksi.

Proses pencetakan dimulai dari pembuatan pelat cetak berteknologi tinggi. Setelah itu, lembaran uang dalam ukuran besar dicetak massal dan harus dikeringkan selama beberapa hari.

Tahapan selanjutnya adalah penyortiran kualitas, di mana setiap lembar diperiksa secara teliti. Uang yang lolos seleksi masuk ke mesin pemotongan otomatis, lalu dipotong menjadi ukuran yang kita kenal sehari-hari. Proses terakhir adalah pengepakan uang, yang dilakukan di ruang tertutup dan tidak bisa diamati secara langsung.

Selama menyusuri lorong observasi, pengunjung juga disuguhi panel-panel edukatif yang menampilkan bagian-bagian uang kertas dalam ukuran besar, menjelaskan fitur keamanan seperti watermark, mikro teks, hingga potongan pelat cetak.

Uswatun Hasanah menegaskan bahwa seluruh bahan untuk mencetak uang disediakan langsung oleh Bank Indonesia. Tidak ada satu pun lembar atau bahan yang boleh keluar dari sistem tanpa prosedur resmi.

"Semua bahan setelah digunakan harus dikembalikan, termasuk uang cacat atau rusak," ujarnya.

Di balik mesin dan teknologi tinggi itu, ada tenaga-tenaga profesional yang telah melalui seleksi ketat. Mereka dituntut memiliki ketelitian tinggi, integritas kuat, serta mampu bekerja dalam lingkungan yang penuh aturan dan tanggung jawab.

Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa rupiah bukan sekadar angka. Ia adalah hasil dari proses panjang yang melibatkan sistem pengawasan ketat, teknologi canggih, dan kerja keras sumber daya manusia yang berdedikasi tinggi.

Setiap lembar rupiah yang kita pegang mencerminkan kepercayaan negara terhadap dirinya sendiri, dan kepada rakyatnya.(*)
BERITA TERKINI
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image